Minggu, 13 Desember 2015

PERILAKU ORGANISASI BAB PRESEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU
       I.            Apakah yang Dimaksud Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sesnsoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
1.      Faktor-faktor pada penilai:
·         Sikap
·         Motif
·         Minat
·         Pengalaman
·         Ekspektasi
2.      Faktor-faktor pada situasi:
·         Waktu
·         Latar kerja
·         Latar social
3.      Faktor-faktor pada target:
·         Inovasi
·         Penggerakan
·         Suara
·         Ukuran
·         Latar belakang
·         Proksimitas
·         Kesamaan
    II.            Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain
1.      Teori Atribusi
Teori atribusi adalah sebuah percobaan untuk menentukan apakah perilaku seorang individu disebabkan dari internal atau eksternal. Penentuan tersebut tergantung pada tiga faktor: 1. Perbedaan 2. Consensus 3. Konsistensi
Perilaku yang disebabkan internal adalah yang dipercaya pengamat berada dalam kendali perilaku pribadi dari individu. Perilaku yang disebabkan eksternal adalah apa yang kita bayangkan situasi memaksa individu untuk melakukannya. Kesalahan atribusi fundamental kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai prilaku orang lain. Sedangkan bias pelayanan diri yaitu kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan atau usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.


2.      Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain secara Umum
·         Persepsi Selektif
·         Efek Halo
·         Efek Kontras
·         Stereotip
3.      Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi
·         Wawancara Kerja
·         Ekspektasi Kinerja
·         Evaluasi Kinerja
 III.            Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Individu mengambil keputusan pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan individu  merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihannya sangat di pengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah, yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang di inginkan, yang mengharuskan kita mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan.
 IV.            Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
1.      Model Rasional, Rasional Terbatas, dan instiusi
·         Rasional dikarakteristikan dengan mengambil pilihan yang konsisten, memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan spesifik. Model pengambilan keputusan sebuah model pengambilan keputusan yang menjelaskan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk memaksimalkan hasil.
·         Rasonal terbatas sebuah proses pengambilan keputusan dengan membangun model yang di sederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya.
·         Pengambilan keputusan intuitif sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperoleh.
2.      Bias dan Kesalahan Umum dalam Pengambilan Keputusan
·         Bias terlalu percaya diri
·         Bias jangkar
·         Bias konfirmasi
·         Bias ketersediaan
·         Eskalasi komitmen
·         Kesalahan acak
·         Aversi risiko
·         Bias retrospeksi
    V.            Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi
1.      Perbedaan Individu
·         Kepribadian
·         Jenis kelamin
·         Kemampuan mental
·         Perbedaan budaya
2.      Batasan Organisasi
·         Evaluasi Kinerja
·         Sistem Imbalan
·         Peraturan Baku
·         Batasan Waktu Akibat Sistem
·         Contoh Histeris
 VI.            Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan
Memiliki tiga kriteria keputusan etis yaitu:
Ukuran etis pertama adalah utilitarianisme. Sebuah system dimana keputusan-keputusan dibuat untuk memberikan yang terbaik dalam jumlah terbanyak. Ukuran etis yang kedua adalah whistle-blower individu yang nelaporkan praktik-praktik tidak etis yang dilakukan pemberi kerjanya kepada pihak luar. Ukuran etis ketiga adalah etika perilaku. Menganalisi bagaimana orang sebenarnya berperilaku ketika dikonfrontasikan dengan dilemma etis.
VII.            Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide inovatif dan berguna. Model tiga tahap dari kreativitas, proposisi bahwa kreativitas melibatkan tiga tahap yaitu potensi kreatif dan lingkungan, perilaku kreatif dan hasil kreatif ( inovasi)
·         Perilaku Kreatif
1.      Formulasi masalah
2.      Pengumpulan informasi
3.      Pemunculan ide
4.      Evaluasi ide
·         Penyebab Perilaku Kreatif
1.      Potensi kreatif
2.      Lingkungan kreatif
·         Keluaran dari kreatif ( inovasi)

Keluaran dari kreatif sebagai ide-ide atau solusi-solusi yang dinilai baru dan berguna oleh pemangku kepentingan yang relevan . 

PERILAKU ORGANISASI BAB MOTIVASI

KONSEP MOTIVASI
Ringkasan dan Implikasi untuk Manajer                    :
Teori – teori yang telah diskusikan dalam bab ini menyampaikan variabel-variabel hasil yang berbeda. Beberapa, misalnya diarahkan pada penjelasan peputaran karyawan, sementara yang lain menekankan produktifitas. Teori –teori tersebut berbeda dengan kekuatan prediktif mereka. Dalam arah ini, kita dapat meninjau sebagian besar teori motivasi yang sudah ada untuk menentukan relevansi mereka dalam menjelaskan variabel-variabel dependen kita dan menilai kekuatan prediktif setiap teori.

1.      Teori kebutuhan
Teori ini adalah hirarki Maslow, ERG, teori kebutuhan McClelland, dan teori dua faktor. Tidak ada satupun dari teori – teori ini yang mendapatkan dukungan secara luas, meskipun yang terkuat dari teori – teori ini adalah teori kebutuhan McClelland, terutama terkait dengan hubungan antara pencapaian tujuan dan produktivitas. Teori –teori kebutuhan tersebut bukan merupakan penjelasan motivasi yang sangat valid.



2.      Teori Penentuan Tujuan
Teori ini merupakan sedikit perselisihan bahwa tujuan tujuan yang jelas dan sulit akan menghasilkan tingkat produktivitas pegawai yang lebih tinggi. Bukti ini membuktikan kesimpulan bahwa teori penentuan tujuan memberikan salah satu penjelasan yang lebih kuat dari variabel dependen ini. Tetapi teori tersebut tidak terkait dengan ketidakhadiran, perputaran pegawai atau kepuasan.

3.      Teori Penguatan
Teori ini mempunyai rekor yang mengesankan untuk memprediksi faktor-faktor seperti kualitas dan kuantitas pekerjaan, ketekunan usaha, ketidakhadiran, kelambatan dan angka kecelakaan. Teori ini tidak banyak memberikan tentang kepuasan karyawan atau keputusan untuk berhenti dari pekerjaan.

4.      Teori Keadilan Organisasional
Teori keadilan juga berhubungan dengan variabel produktifitas, kepuasan, ketidakharian, dan perputaran karyawan. Namun yang paling kuat adalah memberikan cetusan untuk penelitian mengenai keadilan organisasional yang mempunyai lebih banyak dukungan dalam literatur.

5.      Teori harapan
Teori ini terbukti memberikan sebuah penjelasan yang relatif kuat mengenai produktifitas karyawan, ketidakhadiran karyawan, dan perputaran karyawan. Tetapi di asumsikan bahwa karyawan memiliki sedikit balasan dalam keleluasan keputusan mereka. Ada banyak asumsi sama dengan yang dibuat model rasional tentang pembuatan keputusan individual dan teori ini berfungsi untuk membatasi penerapannya.







MEMAHAMI KERJA TIM


Memahami Kerja Tim
1.      Mengapa Memiliki Tim Menjadi Sangat Populer
            Sebagaimana organisasi telah melakukan restrukturisasi diri mereka sendiri untuk bersaing dengan lebih efektif dan efisien, mereka telah beralih kepada tim sebagai cara yang baik untuk memanfaatkan talenta karyawan. Tim yang lebih fleksibel dan responsive terhadap perubahan kerja daripada departemen yang tradisional atau bentuk lain dari pengelompokan yang bersifat permanen.
2.      Perbedaan Antara Kelompok dan Tim
            Kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinterkasi dan saling bergantung, yang dating bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu setiap anggota yang bekerja di dalam area tanggung jawabnya. Sebaliknya tim kerja menghasilkan sinergi positf melalui upaya yang terkoordinasi, upaya individu akan menghasilkan level kinerja yang lebih yang lebih besar dari pada jumlah input individu tsersebut.
3.      Tipe Tim
            Tim dapat membuat produk, memberikan jasa, menegosiasikan kesepakatan, mengoordinasikan proyek, menawarkan saran, dan mengambil keputusan. Empata tipe umum dari tim dalam organisasi:
1.      Tipe pemecahan permasalahan
Kelompok yang terdiri atas 5 hingga 12 karyawan dari departemen yang sama yang bertemu selama beberapa jam setiap minggu untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
2.      Tim kerja yang dikelola sendiri
Tim kerja yang di kelola sendiri adalah kelompok para karyawan (biasanya jumlahnya 10 hingga 15) mengerjakan yang sangat terkait dengan pekerjaan yang saling tergantung dan mengambil banyak tanggung jawab supervisor. Biasanya tugas-tugas ini adalah merencanakan dan menjadwalkan kerja, member tugas kepada para anggota, mengambil keputusan operasional, mengambil tindakan atas permasalahan, serta bekerja dengan para pemasok dan konsumen.
3.      Tim fungsional silang
Para karyawan dari level hierarki yang kira-kira sama, tetapi dari area kerja yang berbeda, yang dating bersama-sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Tim fungsional silang merupakan suatu sarana efektif yang memungkinkan orang-orang dari area yang beragam di dalam atau bahkan di antara organisasi untuk saling bertukar informasi. Mengembangkan gagasan-gagasan baru, memecahkan permasalahan, dan mengoordinasikan proyek-proyek yang rumit.



4.      Tim virtual
Tim yang di gambarkan dalam pembahasan sebelumnya melakukan pekerjaan dengan bertatapan muka. Tim virtual menggunakan teknologi computer untuk mempersatukan secara fisik para anggota yang tersebar dari mencapai tujuan umum.
5.      System multitim
Tipe tim yang telah kita gambarkan sejauh ini umumnya lebih kecil, tim yang berdiri sendiri, meskipun aktivitas-aktivitas mereka terkait dengan tujuan yang lebih luas dari organisasi. Semakin tugas menjadi lebih runit, maka tim seringkali menjadi lebih besar. System multitim merupakan suatu pengunpulan dua atau lebih tim yang saling bergantung yang berbagi tujuan dari atasan.
4.      Menciptakan Tim –Tim yang Efektif
Ø  Konteks: Apa faktor-faktor yang menentukan apakah tim dapat berhasil atau tidak
·         Sumber daya yang memadai
·         Kepemimpinan dan struktur
·         Iklim kepercayaan
·         Evaluasi kinerja dan system pemberian imbalan
Ø  Komposisi tim
·         Kemampuan dari para anggota
·         Kepribadian para anggota
·         Alokasi aturan
·         Keragaman para anggota
·         Besarn tim
·         Pilihan anggota
Ø  Proses tim
·         Rencana dan tujuan umum
·         Tujuan yang spesifik
·         Keberhasilan tim
·         Mental model
·         Level konflik
·         Kemalasan sosial
5.   Mengubah Individu Menjadi Pemain Tim
Ø  Pemilihan: Merekrut para pemain tim
Ø  Pelatihan: Menciptakan para pemain tim
Ø  Pemberian Imbalan: Menyediakan insentif agar menjadi seorang pemain tim yang baik




2.      Wapada! Tim Tidak Selalu Merupakan Jawaban
Kerja tim memerlukan lebih banyak waktu dan sering kali lebih banyak sumber daya daripada kerja individu. Tim meningkatkan tuntutan yang berkomunikasi, pengelolaan konflik, dan pertemuan untuk dilaksanakan. Dengan demikian manfaat dari menggunakan tim harus melebihi biayanya, dan hal itu tidak selalu kasusnya.
Bagaimana anda dapat mengetahui apakah pekerjaan dari kelompok anda akan menjadi lebih baik untuk dilakukan dalam tim? Anda dapat menerapkan tiga tes. Pertama, apakah pekerjaan itu lebih baik dilakukan oleh lebih dari satu orang. Kedua, apakah pekerjaan akan menciptakan tujuan yang umum atau menetapkan tujuan bagi orang-orang didalam kelompok yang lebih banyak dari pada tujuan individu secara keseluruhan. Ketiga, menentukan apakah para anggota kelompok saling bergantung atau tidak.